Scroll untuk baca artikel
Iklan MMI
Iklan MMI
Peristiwa

Program Kampung Iklim Terbanyak Diraih Kota Surabaya sebanyak 23 Penghargaan

279
×

Program Kampung Iklim Terbanyak Diraih Kota Surabaya sebanyak 23 Penghargaan

Sebarkan artikel ini
program-kampung-iklim-surabaya-penghargaan
Penghargaan Program Kampung Iklim (ProKlim) Tahun 2024, Surabaya meraih 23 penghargaan menjadi kota dengan jumlah penghargaan ProKlim terbanyak indikator penilaian ProKlim tidak hanya berfokus pada lingkungan, tetapi juga upaya ketahan pangan dalam menghadapi perubahan iklim I MMP I dok pemkot
mediamerahputih.id I SURABAYA – Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menyerahkan penghargaan Program Kampung Iklim (ProKlim) Tahun 2024 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) RI kepada 23 kampung di Surabaya Jumat, (16/08/2024). Dengan pencapaian ini, Surabaya menjadi kota dengan jumlah penghargaan ProKlim terbanyak di Indonesia.

Wali Kota Eri menyampaikan apresiasi kepada seluruh kelurahan yang telah aktif berpartisipasi dalam Program Kampung Iklim. Menurutnya, program ini merupakan upaya penting untuk mengedukasi dan memberdayakan masyarakat agar berperan aktif dalam mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

Baca juga:

IPF Dorong Inovasi Industri Pengemasan Sustainability Package

“HUT ke-79 RI, kita mendapat hadiah terindah dari Kementerian LHK sebanyak 23 penghargaan ProKlim. Satu-satunya di Indonesia yang mendapatkan ProKlim yang paling banyak adalah kota Surabaya. Ada kampung yang mendapat kategori Lestari, Utama, dan Mandiri. Ini menunjukkan bahwa kampung di Surabaya terus berinovasi untuk menjaga lingkungannya,” kata Wali Kota Eri di Balai Pemuda Surabaya.

program-kampung-iklim-surabaya-penghargaan
ProKlim Lestari, Kementerian LHK juga memberikan penghargaan ProKlim Utama kepada 21 kampung iklim di Surabaya I MMP I dok pemkot

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya juga menerima penghargaan berupa Piagam Apresiasi Pembina ProkLim Tahun 2024. Selain mengantarkan Surabaya sebagai penerima penghargaan terbanyak se-Indonesia, dua kampung di antaranya berhasil meraih penghargaan dengan kategori tertinggi dari Kementerian LHK berupa Trophy ProKlim Lestari. Yakni, kampung di Kelurahan Pagesangan dan RW 1 Banjar Sugihan.

Baca juga:

Pantau Kadar Gas Pemkot Surabaya Uji Emisi Kendaraan

“Dua kali berturut-turut mendapatkan penghargaan sebagai Pembina Proklim di Kota Surabaya, semoga di tahun depan lebih banyak (kampung) dari tahun ini. Hingga tahun 2024, total Surabaya mendapatkan 59 penghargaan ProKlim. Bukan untuk penghargaanya, tetapi bagaimana menjaga dan menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman,” jelasnya.

Selain ProKlim Lestari, Kementerian LHK juga memberikan penghargaan ProKlim Utama kepada 21 kampung iklim di Surabaya. Ia pun mengajak seluruh masyarakat untuk menjaga dan menyiapkan lingkungan yang sehat untuk generasi selanjutnya.

Baca juga:

Peringati HPSN 2024, Ribuan Pegawai Pemkot Surabaya Kerja Bakti Massal di Kalimas Timur

“Saya berharap ke depan seluruh perkampungan di Kota Surabaya ini bisa menjadi kampung iklim, contoh ada salah satu kampung yang meraih ProKlim Mandiri di Maspati Kecamatan Bubutan. Maka kita akan membuat melalui Perwali sehingga nanti semua kampung di Surabaya bisa semangkin banyak menjadi kampung iklim,” terangnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya, Dedik Irianto mengatakan, Program Kampung Iklim untuk mengajak masyarakat lebih peka dalam melakukan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Seperti memasang biopori, serta memanfaatkan lahan kosong untuk budidaya ikan atau menanam tanaman agar bisa menjaga ketahan pangan di kampungnya masing-masing.

Baca juga:

Lagi Hakim PN Surabaya Jadi Sorotan dalam Menangani Perkara

“Artinya apa yang dilakukan kampung-kampung ini adalah upaya beradaptasi terhadap perubahan iklim. Selama 10 tahun berjalan, di tahun 2024 ini Surabaya menjadi satu-satunya kota yang mendapat dua ProKlim Lestari,” kata Dedik.

Dedik menjelaskan, indikator penilaian ProKlim tidak hanya berfokus pada lingkungan, tetapi juga upaya ketahan pangan dalam menghadapi perubahan iklim. “Pembuatan IPAL juga menjadi indikator penilaian karena mampu mendaur ulang air, jadi mereka sudah mengantisipasi jika terjadi kelangkaan air,” tandasnya. (ton)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *