mediamerahputih.id I Surabaya – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Geo, Universitas Adi Buana (Unipa) Surabaya, menggelar pentas teater “Kelambu Aksa”,Sabtu (29/7/2023) malam. Adapun kisah dalam pentas tunggal tersebut diambil dari naskah drama yang ada di dalam buku “Nglaras Ati” karya dari Club menulis Teater GEO.
Di dalam kisahnya diceritakan seorang perempuan itu menari dalam kegundahan. Dia terus menari walau batinnya bergelut dengan pilihan antara memperjuangkan kesejahteraan hidup atau mempertahankan kesakralan tariannya. Pilihan yang sulit diambil olehnya.
Baca juga:
Kiswanto Terpilih Jadi Ketua Alumni UNIPA Surabaya 2023-2027
Pentas teater berdurasi kurang lebih 1,5 jam tersebut berhasil memukau ratusan penonton yang hadir di aula Unipa Surabaya, Jalan Ngagel Surabaya. Terlebih, performa dari 2 pemerannya yakni Wisnu dan Salsa dari awal sampai akhir pementasan memberi makna bagi penonton tentang realita kehidupan seorang penari di tengah perjuangannya untuk bisa hidup sejahtera dengan mempertahankan profesinya.
Adapun naskah pentas tunggal “Kelambu Aksa” tersebut ditulis oleh Dewi. Dewi sendiri dikenal sebagai penulis yang produktif. Karya-karyanya diantaranya buku berjudul “Aurora” dan “Serendipity”.
Baca juga:
Usai pentas tunggal “Nglaras Ati”, acara dilanjutkan dengan apresiasi dan diskusi. Setelah itu, launching dan bedah buku “Nglaras Ati”. Buku tersebut merupakan buku bunga rampai pertama yang diterbitkan oleh Komunitas menulis Club Geo.
Narasumber dalam acara bedah buku “Nglaras Ati” ialah Dody Yan Masfa (aktor dan sutradara Teater Tobong) dan Syarif Wadja Bae (Jurnalis).
Di dalam isi buku “Nglaras Ati”, terdapat karya tulis berupa antologi puisi, antologi cerpen, dan kumpulan naskah. Penulis buku “Nglaras Ati” terdiri dari 7 orang, yang merupakan anggota Club Menulis GEO. Mereka adalah Ning Ida, Ning Aulia, Naya, Dewi, Wisnu, Hanif dan Ade.
Baca juga:
“Buku bunga rampai ‘Nglaras Ati’ memaparkan realitas, menyodorkan kegelisahan terhadap apa yang dirasakan dan direnungkan oleh ketujuh penulisnya,” kata Ketua Umum Teater GEO, Fifi Susanti.
“Bukan hanya sekadar romantisme yang terkandung di dalamnya, namun juga spiritual dan juga tuah. Yang kemudian dari ke-semuanya itu diramu dan disatukan dengan imajinasi hingga menjadi sebuah jati diri dalam puisi, cerpen dan juga naskah drama,” tandas Fifi (jun)