Merah Putih | SURABAYA- Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menginginkan kembali kejayaan Surabaya sebagai Kota Santri. Keinginan itu, ia sampaikan karena didasari dengan banyaknya tokoh-tokoh Islam dan ulama yang berasal dari Surabaya.
Hal itu disampaikan Wali Kota Eri Cahyadi dalam acara pelantikan Dewan Hakim Musabaqah Tilawatil Quran ke-XXII di Lobi Lantai 2 Balai Kota Surabaya, Sabtu (31/9/2022) siang. Gelaran MTQ yang ke-22 tersebut, dalam rangka menyambut Hari Santri Nasional Tahun 2022.
“Saya berharap betul dengan Hari Santri ketika mengadakan MTQ, maka Surabaya terus memiliki calon-calon yang nanti bisa mengikuti Musabaqah Tilawatil Quran bukan hanya di tingkat kota, tapi mewakili Surabaya di tingkat Nasional,” jelas Eri.
Oleh karenanya, ia mengharapkan seluruh Dewan Hakim yang baru saja dilantik agar dapat memberikan penilaian yang terbaik kepada para peserta. Sekaligus pula dalam upaya mendidik mereka untuk menyiapkan ke tingkat Nasional.
“Kalau setiap tahun dulu Surabaya MTQ Nasional selalu gondol (mendapatkan) piala hampir semua. Namun, beberapa tahun lalu mengalami kemunduran. Padahal para kyai, alim-ulama yang memberikan ilmunya di daerah-daerah lain, itu berasal dari Surabaya,” ucap Cak Eri sapaan lekat Wali Kota Surabaya.
Maka dari itu, dengan kembali digelarnya MTQ Surabaya pasca beberapa tahun vakum, diharapkannya dapat menumbuhkan bibit-bibit unggul. Sekaligus pula untuk mengembalikan kejayaan Surabaya di tingkat MTQ Nasional.
“Semoga ilmunya njenengan (anda) bisa diserap warga Surabaya. Sehingga Surabaya ketika mengikuti MTQ Nasional, saat kembali bisa dengan rasa bangga,” harapnya.
Baginya, Kota Surabaya tidak bisa dilepaskan dengan kata santri. Juga, selalu identik dengan santri. Hal tersebut didasari salah satunya adalah berdirinya Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Pusat yang pertama di Kota Surabaya.
Demikian pula dengan lagu dan lambang Nahdlatul Ulama yang dibuat di Surabaya.
“Inilah sebagai bentuk bahwa ikhtiar kita mengembalikan Surabaya kembali menjadi kota santri. Meskipun Surabaya Kota Metropolitan, tapi kumandang Al-Quran, kumandang Sholawatnya tidak boleh berhenti dari Surabaya ujung barat sampai timur dan ujung utara sampai selatan,” pungkasnya. (kur)