Scroll untuk baca artikel
Iklan MMI
Iklan MMI
Kesehatan

Inilah Langkah Antisipasi Cegah Pneumonia Misterius di Surabaya

490
×

Inilah Langkah Antisipasi Cegah Pneumonia Misterius di Surabaya

Sebarkan artikel ini

Kenali Gejala sakit Pneumonia

langkah-antisipasi-cegah-pneumonia-misterius
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Nanik Sukristina, mengimbau masyarakat untuk mewaspadai Pneumonia misterius untuk mengenalinya gejala gejalanya seperti batuk kering atau berdahak, demam >38 derajat celcius, sesak nafas, nyeri dada ketika bernafas, kelelahan, nafsu makan menurun, mual, muntah, dan diare untuk segera melapor dan berobat ke Fasyankes terdekat I MMP I dok humas
mediamerahputih.id I Surabaya – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya melakukan sejumlah langkah antisipasi dalam mencegah munculnya Pneumonia misterius di Kota Pahlawan. Karenanya, pemkot mengimbau masyarakat untuk mewaspadai Pneumonia misterius. Adapun gejalanya seperti batuk kering atau berdahak, demam >38 derajat celcius, sesak nafas, nyeri dada ketika bernafas, kelelahan, nafsu makan menurun, mual, muntah, dan diare, untuk segera melapor dan berobat ke Fasyankes terdekat.

“Untuk kasus di Kota Surabaya, sampai dengan saat ini belum ada laporan terkait temuan kasus yang diduga karena Pneumonia misterius,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Nanik Sukristina, Jum’at (7/12/2023).

Baca juga:

Layanan Pengobatan TBC Gratis di Puskesmas dan Rumah Sakit

Meski belum ditemukannya kasus Pneumonia misterius di Kota Surabaya, Nanik menjelaskan sejumlah langkah antisipasi yang dilakukan oleh Dinkes Kota Surabaya, di antaranya mengeluarkan Surat Edaran (SE) kepada seluruh fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) se-Kota Surabaya agar meningkatkan upaya komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) kepada masyarakat terkait perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), serta menerapkan protokol kesehatan secara ketat dan disiplin dengan pendekatan.

“Meningkatkan kewaspadaan dini, serta meningkatkan standar dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di seluruh Fasyankes terutama terhadap kasus yang dicurigai Pneumonia,” terangnya.

langkah-antisipasi-cegah-pneumonia-misterius

Tak hanya sampai di situ, Dinkes Kota Surabaya juga terus menyebarluaskan informasi terkait kewaspadaan terhadap penyakit Pneumonia misterius dan pentingnya Imunisasi Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) dalam program Imunisasi Nasional yang diberikan sebanyak 2 (dua) kali pada usia 2-11 bulan  dan 1 (satu) kali pada usia 12-24 bulan sebagai upaya pencegahan penyakit Pneumonia melalui Fasyankes di masing-masing wilayah.

Baca juga:

Surabaya Berhasil Turunkan sekitar 11 Ribu Kasus Stunting

“Menghimbau kepada Fasyankes untuk melaporkan setiap penemuan kasus yang dicurigai Pneumonia misterius ke Dinas Kesehatan Kota Surabaya dalam waktu kurang dari 24 jam,” tandas dia.

Oleh karena itu, ia menghimbau kepada masyarakat, apabila seseorang yang mempunyai riwayat perjalanan ke negara/wilayah terjangkit dan mempunyai gejala sakit Pneumonia, seperti batuk kering atau berdahak, demam >38 derajat celcius, sesak nafas, nyeri dada ketika bernafas, kelelahan, nafsu makan menurun, mual, muntah, dan diare, untuk segera melapor dan berobat ke Fasyankes terdekat.

“Kami juga melakukan pemantauan perkembangan kasus dan negara terjangkit di tingkat global melalui website resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yaitu https://kemkes.go.id/,” pungkasnya.

Mengenal sakit Pneumonia

Menurut UNICEF/WHO (2006), radang paru-paru atau pneumonia adalah sakit yang terbentuk dari infeksi akut dari daerah saluran pernapasan bagian bawah secara spesifik memengaruhi paru-paru dan menyebabkan area tersebut dipenuhi dengan cairan, lendir atau nanah. Kondisi ini bisa membuat pasien mengalami sulit bernapas.

Pneumonia adalah peradangan pada kantung udara di paru-paru akibat infeksi bakteri, virus, atau jamur. Pneumonia lebih rentan menyerang anak kecil, orang lanjut usia, dan mereka yang memiliki kondisi medis tertentu.

Penyebab Pneumonia

Pneumonia tidak hanya bisa menimpa orang dewasa, pneumonia juga bisa menimpa anak-anak. Meskipun begitu, penyakit yang dikenal juga dengan sebutan paru-paru basah ini sangat rentan menyerang anak-anak dan lansia, terutama yang mengidap penyakit paru-paru kronis.

Berikut beberapa orang yang masuk dalam kategori paling berisiko terkena pneumonia sebagai berikut :

  1. Perokok aktif
  2. Memiliki riwayat stroke
  3. Bayi berusia 0-2 tahun, dan lansia di atas usia 65 tahun
  4. Penggunaan obat-obatan tertentu yang menyebabkan masalah pada sistem imun, seperti steroid, konsumsi antibiotik dalam jangka panjang, dan lainnya
  5. Memiliki riwayat asma, gagal jantung, diabetes, HIV/AIDS, cystic fibrosis, dan penyakit kronis lainnya.
  6. Sedang menjalani kemoterapi. Kondisi ini bisa membuat sistem kekebalan tubuh menurun, sehingga virus dan bakteri mudah menyerang.

Penyakit ini bisa disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, dan jamur. Sementara untuk orang dewasa, penyebab pneumonia paling sering terjadi karena bakteri.

Baca juga :

Awas Waspadai Terhadap Penyakit Legionellosis, Berikut ini Cirinya!

Selain iu, Pneumonia juga bisa disebabkan oleh infeksi virus SARS-CoV-2 atau yang dikenal dengan sebutan virus corona, penyebab COVID-19. Dibandingkan dengan kondisi lainnya, pneumonia akibat infeksi virus corona jauh lebih berbahaya.

Jika mengalami gejala pneumonia, segera lakukan pemeriksaan di rumah sakit terdekat untuk memastikan apakah pneumonia yang dialami terkait COVID-19 atau tidak.

Gejala Pneumonia

Pada dasarnya, gejala pneumonia hampir sama dengan masalah paru-paru lainnya, di antaranya batuk dengan intensitas tinggi dan disertai dahak. Selain itu, dilansir dalam Mayo Clinic, gejala umum mengalami pneumonia:

  • Demam tinggi, suhu tubuh mencapai lebih dari 38 derajat Celcius
  • Dada terasa sakit dan sulit bernapas
  • Penurunan nafsu makan
  • Berkeringat
  • Menggigil
  • Detak jantung terasa cepat

Selain gejala umum, ada juga gejala pneumonia lainnya yang cukup jarang terjadi namun bisa saja muncul sebagai gejala penyerta dari pneumonia yaitu :

  • Batuk disertai darah
  • Nyeri sendi dan otot
  • Lemas dan lelah
  • Kepala sakit
  • Mual dan muntah

Gejala-gejala tersebut pada umumnya akan terjadi selama 1 – 2 hari, tanpa penurunan gejala. Namun, kondisi ini bisa berbeda tergantung dari sistem kekebalan tubuh masing-masing.

Solusi Mengobati Pneumonia

Solusi mengobati pneumonia harus disesuaikan dengan penyebab utama serta tingkat keparahannya. Dalam kondisi yang tidak terlalu parah, pneumonia akibat infeksi bakteri bisa diatasi dengan pemberian antibiotik, baik lewat oral maupun cairan infus.

Sedangkan untuk pneumonia yang disebabkan oleh infeksi virus, cara pengobatannya bisa dengan mengkonsumsi obat anti-virus, seperti zanamivir (Relenza) atau oseltamivir (Tamiflu).

Terkadang dokter akan memberikan beberapa obat tambahan untuk meringankan gejala pneumonia, seperti obat pereda nyeri, penurun panas, hingga obat batuk. Jika penderita mengalami gejala sesak napas atau kesulitan bernapas, dokter akan memasangkan alat bantu napas atau ventilator.

Pneumonia tidak bisa dianggap enteng. Maka dari itu semua proses pengobatan sebaiknya dilakukan di rumah sakit dengan pengawasan dokter spesialis paru. Hal ini dilakukan agar pasien bisa mendapatkan perawatan intensif, sekaligus mencegah resiko komplikasi yang lebih parah.

Pencegahan

Lalu, jika bukan penderita pneumonia, namun berada di daftar berisiko tinggi atau ada anggota keluarga yang mengalami pneumonia, lakukanlah beberapa upaya pencegahan sebagai berikut:

  • Tingkatkan asupan nutrisi dengan konsumsi makanan sehat, terutama buah dan sayuran yang bersifat antiradang dan dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
  • Jaga kebersihan diri dan lingkungan dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, sebelum mengolah makanan, dan setelah pulang beraktivitas dari luar.
  • Menjauhi rokok, minuman beralkohol, dan jaga jarak dengan orang yang sedang sakit batuk, pilek, atau pasien pneumonia itu sendiri.

Sebagai bentuk kesiapsiagaan pemerintah dalam mengantisipasi penularan pneumonia di Indonesia, Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit bergerak cepat dengan menerbitkan Surat Edaran Nomor: PM.03.01/C/4632/2023 tentang Kewaspadaan Terhadap Kejadian Mycoplasma Pneumonia di Indonesia.

Dalam surat edaran tersebut, Kemenkes meminta KKP untuk melakukan pemantauan perkembangan kasus dan negara terjangkit di tingkat global. Pengawasan terhadap orang (awak, personel, dan penumpang), alat angkut, barang bawaan, lingkungan, vektor, binatang pembawa penyakit di pelabuhan, bandar udara dan pos lintas batas negara juga dilakukan, terutama yang berasal dari negara terjangkit. (ton/mkes)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *