mediamerahputih.id I Surabaya – Pengamat politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Surokim Abdus Salam memprediksi anggapan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) bakal mendapat simpati publik. Ia menilai simpati publik itu hadir dengan adanya efek koalisi gemuk yang dibangun bakal Capres Prabowo Subianto.
“Perilaku memilih secara drastis dalam pemilu ke depan bisa Nampak. Artinya Koalisi gemuk bukan berarti akan mudah mendapatkan simpati dukungan masyarakat. Justru sebaliknya, perubahan itu kian mengukuhkan bahwa logika elit dan kekuasaan harus selalu berselaras dengan logika publik. Intinya partai partai harus pintar menjaga perasaan publik agar senantiasa satu frekuensi,” kata Surokim.
Baca juga:
Ia menyebut, kian vulgar akomodasi kepentingan partai-partai berbagi kekuasaan tanpa bisa menjelaskan secara memadai kepada publik maka potensial akan selalu menjadi tanda tanya publik. Hal itu,lanjuta ia, akan memengaruhi citra koalisi sebagai tempat mencari aman dan perlindungan.
“Apalagi dalam pemilu langsung sering tidak linier antara logika partai dan logika voters. Jadi menjadi tugas berat sesungguhnya untuk menjaga logika publik terkait bagi-bagi kekuasaan tersebut,” ujar peneliti Senior Surabaya Survey Center (SSC).
Baca juga:
Patuh Komando, Pengamat: Gibran Harus Lebih berhati-hati Bermanuver Politik
Surokim mengamati sejauh ini PDIP nampak sangat berhat- hati dan terlihat tidak agresif dalam membangun koalisi sehingga kemungkinan akan menjadi koalisi ramping dan tentu akan berhadapan dengan koalisi lain yang kemungkinan akan lebih gemuk.
“Ini tentu akan menjadi test case lagi. di pilkada sejauh ini memang juga belum ada jaminan bahwa koalisi gemuk akan lebih mudah memenangkan kontestasi bahkan sering yang ramping bisa menang,” tutur Surokim yang juga Wakil Rektor 3 Bidang Kemahasiswaan, Universitas Trunojoyo Madura tersebut.
Baca juga:
Apel Siaga Perubahan, Anies Serukan Pendukung Kompak Bergerak Menyongsong Perubahan
Karena sesungguhnya koalisi itu, sebut Surokim, tugas utamanya mengantarkan saja pada kandidasi pencapresan, selebihnya itu akan menjadi daulat publik voters Indonesia yang menentukan. Apalagi sejauh ini kontribusi pemilih loyal juga sangat gradatif diantara 5% hingga 30% pemilih loyal dan tidak selalu linier dengan voters.
“Disinilah pentingnya menjaga perasaan voters Indonesia dan bagi koalisi gemuk tentu tidak boleh jumawa. PDIP tidak boleh berkecil hati sepanjang bisa membangun frekuensi yang linier dengan voters tentu masih akan kompetitif. Koalisi yang sesungguhnya adalah koalisi bersama rakyat pemilih Indonesia,” pungkasnya.(ton)