Scroll untuk baca artikel
Iklan MMI
Iklan MMI
Berita Terbaru

Ortu Menghilang, Diasuh Tukang Becak, Umur Hampir 9 Tahun Baru Bisa Sekolah

1081
×

Ortu Menghilang, Diasuh Tukang Becak, Umur Hampir 9 Tahun Baru Bisa Sekolah

Sebarkan artikel ini

Ortu Menghilang, Diasuh Tukang Becak, Umur Hampir 9 Tahun Baru Bisa Sekolah

Oleh : Imam Syafi’i

Penantian panjang Muhammad Hafiz akhirnya membuahkan hasil. Bocah kelahiran 28 Oktober 2013 silam itu, Rabu,(27/7/2022) kemarin, resmi diterima sebagai murid baru di SDN Gundih 1 Kelurahan Jepara, Kecamatan Bubutan, Surabaya.

Hari pertama Hafiz masuk sekolah bersamaan dengan peringatan Hari Anak Nasional (HAN) yang digelar Pemkot Surabaya. Hafiz terlihat amat bergembira. Segembira 1.200 pelajar SD dan SMP yang merayakan HAN di Balai Pemuda bersama Walikota Eri Cahyadi.

Perjalanan Hafiz untuk bisa menikmati pendidikan dasar penuh liku. Hafiz sejak kecil ditinggal orang tuanya. Ibu dan bapaknya pergi entah ke mana.

Hafiz merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Ketiganya terlahir dari seorang ibu dari bapak berbeda. Sejak umur 4 tahun, Hafiz diasuh keluarga miskin Hasan Basri dan istrinya. Hasan Basri bekerja sebagai tukang becak. Istrinya jualan kue.

Menurut istri Hasan Basri, Hafiz kecil selalu menanyakan kapan bisa bersekolah. Namun, karena kendala administrasi kependudukan (adminduk), Hafiz tidak bisa masuk SD. Meski saat itu usianya sudah 7 tahun.

Penantian panjang Muhammad Hafiz baru bisa sekolah di usianya hampir 9 tahun kisah Hafiz untuk bisa menikmati pendidikan dasar penuh liku. Hafiz sejak kecil ditinggal orang tuanya Ibu dan bapaknya pergi entah ke mana. Hafiz diasuh orangtua angkatnya yakni Hasan Basri dan istrinya. Hasan Basri bekerja sebagai tukang becak dan istrinya jualan kue I dok I IS

Cerita Hafiz yang ingin sekolah tapi tidak bisa diterima di sekolah sampai ke telinga Ketua RT Dupak Timur 2 Mas Yanto. Lalu disampaikan kepada saya. “Kasihan Pak Imam. Anaknya nggetuh ingin sekolah,” kata Mas Yanto.

Saya lantas minta Mas Yanto mulai mengurus adminduk di kelurahan. Sebagai syarat Hafiz bisa sekolah. Pada saat bersamaan saya kordinasi dengan dispendukcapil.

Senin pagi kemarin, saya bersama Hafiz dan kedua orang tua asuhnya datang ke SDN Gundih 1. Kami diterima Kasek Pak Tiyok. “Saya minta tolong titip Hafiz bisa bersekolah di sini, sambil menunggu akta lahir dan NIK-nya selesai,” pinta saya kepada Kasek.

“Tahun ajaran baru sudah dua minggu berjalan. Kalau harus nunggu akta lahir dan NIK selesai, Hafiz makin ketinggalan pelajaran,” sambung saya sambil menunjukkan barcode e kitir dari dispendukcapil di hp. Untuk meyakinkan kalau pengurusan adminduk Hafiz memang sedang diproses. Tinggal nunggu jadinya.

“Saya siap menerima Hafiz. Yang penting ada memo dari dinas pendidikan,” jawab Kasek. Saya dan Ketua RT Mas Yanto pun langsung ke Kantor Dispendik Surabaya di Jl Jagir Wonokromo. Sedangkan Hafiz pulang naik becak yang dikayuh sendiri oleh bapak angkatnya.

Kebetulan Plh Kepala Dinas Pendidikan Ida Widayati tidak berada di kantornya saat kami tiba. Pejabat murah senyum ini sedang ada acara di Balai Kota.

Saya tidak punya nomor kontak Bu Ida. Saya telpon Sekda Pak Hendro agar memberitahu Bu Ida soal Hafiz. Tidak lama kemudian, saya terima pesan dari Bu Ida. “Pak Imam, silahkan Hafiz masuk sekolah. Tidak perlu menunggu jadinya akte lahir, NIK dan KK,” pesan Bu Ida melalui whatsapp yang dikirim ke hp saya.

Respon Bu Ida sangat cepat. Ia langsung menginstruksikan staf Dinas Pendidikan dan Kasek SDN Gundih 1 mempersiapkan semua keperluan sekolah Hafiz. Mulai dari seragam sekolah, tas  dan sepatu.

“Semoga Hafiz bisa meraih cita-citanya,” ujar Bu Ida sambari mengelus anak “yatim piatu” yang ingin jadi polisi itu. Bu Ida secara khusus ikut mengantar Hafiz masuk sekolah setelah mengikuti acara HAN di Balai Pemuda.

Saya merasa bersyukur sekaligus ikut merasakan suka cita Hafiz dan kedua orang tua asuhnya. Wajah mereka semakin berseri-seri setelah Lurah Jepara yang datang belakangan membawa akta kelahiran Hafiz. Juga KK baru yang mencantumkan nama Hafiz masuk sebagai anggota keluarga Hasan Basri, tukang becak yang baik hati.

Semoga tidak ada lagi anak Surabaya tidak bisa bersekolah karena kemiskinan atau tidak punya surat kependudukan. Bantu mereka meraih mimpi indahnya.

Dengan mendapat pendidikan yang baik, insya allah, mereka bisa memutus rantai kemiskinan orang tuanya. Kelak anak-anak itu bisa menjadi kebanggaan dan membahagiakan keluarganya. Aamiin (*)

Penulis adalah Anggota Komisi A DPRD Surabaya dari Fraksi Partai NasDem

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *