mediamerahputih.id | SURABAYA – Lembaga Perlindungan Anak Jawa Timur (LPA Jatim) mendorong Pemkot Surabaya untuk lebih aktif dalam memberikan pendampingan kepada orang tua (Ortu) yang menghadapi kesulitan dalam mendidik anak. Isa Anshori, pengurus LPA Jatim, menekankan bahwa sebagai Kota Layak Anak (KLA), Surabaya seharusnya tidak hanya berperan sebagai pemangku kebijakan, tetapi juga sebagai pendamping yang aktif bagi orang tua.
Isa mengungkapkan bahwa program Masa Orientasi Orang Tua (MOOT) yang dilaksanakan oleh Pemkot Surabaya melalui Dinas Pendidikan (Dispendik) di SMP Al-Hikmah pada 20 Juli 2025, telah menciptakan ruang dialog yang penting antara pemerintah kota, pendidik, dan orang tua siswa dari jenjang PAUD, TK, SD, hingga SMP.
Baca juga :
LPA Jatim Sebut Surabaya Bisa Jadi Pelopor Perlindungan Anak Berbasis Komunitas
Ia juga menyoroti tema inspiratif yang diusung dalam kegiatan tersebut, yaitu “MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) Ramah, Sekolahku Rumahku, Guruku Orang Tuaku. “Tema ini menjadi jembatan untuk membangun kolaborasi antara sekolah dan rumah, serta antara guru dan orang tua dalam mendampingi tumbuh kembang anak. Saya mengapresiasi gagasan inspiratif dari Kadispendik Kota Surabaya, Yusuf Masruh,” ujar Isa, Senin, (21/07/ 2025).
Dalam kesempatan tersebut, Isa juga menyoroti pesan penting yang disampaikan oleh Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi. Wali Kota Eri mengingatkan kepada seluruh orang tua murid untuk menjadikan sekolah sebagai rumah kedua bagi anak-anak dan guru sebagai sosok yang mirip dengan orang tua mereka. Isa menekankan bahwa guru dan sekolah memiliki peran krusial dalam membentuk karakter anak dengan pendekatan yang ramah, manusiawi, dan penuh kasih.
Baca juga :
“Beliau (Wali Kota Eri) menjelaskan dengan sangat menyentuh bahwa orang tua tidak hanya mereka yang melahirkan dan membesarkan, tetapi juga mereka yang memberikan ilmu dan membimbing anak menjadi pribadi yang baik dan sukses. Lebih jauh, Wali Kota Eri menegaskan bahwa tidak ada anak yang dilahirkan dalam keadaan buruk, karena semua anak lahir dalam keadaan fitrah,” jelas Isa.

Isa menambahkan bahwa jika seorang anak menunjukkan perilaku nakal atau menyimpang, maka lingkungan sekitarnya, termasuk orang tua dan sistem sosial, perlu melakukan introspeksi.
“Beliau mengajak kita semua untuk tidak terburu-buru menyalahkan anak, tetapi bertanya pada diri sendiri, dosa apa yang pernah kita lakukan sehingga Allah menguji kita melalui anak kita?” tutup Isa.
Isa menerangkan, dalam hal ini tidak ada orang tua yang ingin anaknya gagal, atau bahkan ada orang tua yang mengharapkan anaknya durhaka. Karena semua orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anak-anaknya.
Baca juga :
Anak SD Terjaring Sweeping Jam Malam Diberi Pendampingan Intensif
“Namun, penting juga kita sadari bahwa tidak semua orang tua dalam posisi yang ideal untuk mendidik anak. Ada yang mengalami keterbatasan ekonomi, keterbatasan waktu karena pekerjaan, keterbatasan pengetahuan tentang pola asuh, bahkan keterbatasan sosial akibat tekanan hidup. Maka, menyalahkan orang tua atas kesalahan atau kenakalan anak bukanlah pilihan bijak. Mereka tidak butuh dihakimi, tapi didampingi,” terangnya.
Pada kesempatan ini, Isa juga mengapresiasi adanya berbagai inovasi program pendidikan di Surabaya, salah satunya adalah Rumah Ilmu Arek Suroboyo. Menurut Isa, program pendidikan dengan konsep asrama, kedisiplinan, dan pendidikan berbasis karakter adalah langkah tepat yang dijalankan oleh pemkot.
Baca juga :
Wali Kota Eri Minta Sekolah SD-SMP Menerima 5 Persen Siswa Miskin dan Larang Pungutan
Isa berharap, program ini harus diperluas dan dikuatkan, terutama untuk menjangkau anak-anak usia remaja yang putus sekolah, khususnya pada jenjang SMA dan SMK.
“Mereka (remaja) yang selama ini berkeliaran, tidak mau sekolah, bahkan berani melawan orang tua, itu perlu dilakukan pendekatan yang lebih tegas namun tetap berpihak pada hak-hak anak,” harapnya.
Selain itu, Isa menyebutkan, Pemkot Surabaya juga harus berani mengambil sikap tegas mengatasi anak putus sekolah. Bukan untuk menghukum, akan tetapi untuk mengembalikan anak-anak itu ke jalan yang bermanfaat. Karena menurutnya, pendidikan adalah salah satu jalan menuju perubahan untuk anak-anak di Kota Surabaya.
Baca juga :
Sekolah Rakyat Ala Kota Surabaya, Berikut Kisah Inspiratif Siswanya!
“Jika kita biarkan, mereka terjatuh tanpa pertolongan, maka kita lah yang gagal menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Surabaya telah memulai langkah sebagai kota layak anak, maka dari itu komitmen ini hanya akan berarti jika diwujudkan dalam tindakan nyata, mendampingi orang tua yang kesulitan, mendidik anak-anak yang tersesat, dan menghadirkan sekolah yang ramah, guru yang seperti orang tua, serta masyarakat yang peduli dan bergotong-royong dalam menjaga generasi penerusnya,” tandasnya. (ton)