Scroll untuk baca artikel
Iklan MMI
Iklan MMI
PendidikanPeristiwa

Kisah 4 Anak Surabaya Putus Sekolah Akhirnya dapat Bantuan Pemkot

392
×

Kisah 4 Anak Surabaya Putus Sekolah Akhirnya dapat Bantuan Pemkot

Sebarkan artikel ini

kisah anak keluarga miskin yang putus sekolah

kisah-4-anak-surabaya-putus-sekolah
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi bersama Ketua TP PKK Surabaya Rini Indriyani mendatangi langsung rumah keluarga Choirul-Yuyun di Jalan Bulak Rukem Timur II No 14-B Surabaya, Rabu (14/6/2023) I MMP I dok humas
mediamerahputih.id – Keterbatasan ekonomi dialami pasangan suami istri Choirul Anam (37) dan Yunita Puji Lestari (37) warga Surabaya ini harus berjuang membesarkan enam anaknya. Namun lantaran hanya memiliki pendapatan yang pas-pasan, 6 (enam) dari 4 (empat) anaknya terpaksa harus putus sekolah. Namun kisah 4 anak Surabaya tersebut akhirnya mendapat perhatian dan bantuan dari Pemkot Surabaya.

Mereka adalah FRP (18) putus SMP, RDF (16) putus SD, RK (12) putus SD, MZ (10) belum SD hanya TK, NCN (6) mendaftar SD tahun ini dan RAA (1).

Namun kesusahan yang dialami pasangan suami istri Yunita Puji Lestari dan Choirul Anam (37 tahun) itu perlahan teratasi. Empat dari enam anaknya yang putus sekolah, akhirnya bisa kembali mengenyam pendidikan.

Baca juga:

PPDB Zonasi SMPN di Surabaya Dibagi 2 Jalur, Ini Jadwalnya

Alasan keempat anaknya putus sekolah karena faktor ekonomi. Choirul dan Yunita sudah tidak sanggup membiayai kebutuhan sekolah anak-anaknya. Bahkan Yunita mengaku bahwa anak pertamanya FRP putus sekolah karena tidak punya ongkos untuk pulang pergi ke sekolah.

kisah-4-anak-surabaya-putus-sekolah

Jarak antara rumah dengan SMP 18 Surabaya yang terletak di Kenjeran sekitar 8 kilometer. Lantaran tak punya sepeda motor dan sepeda kayuh, FRP terpaksa berjalan kaki menuju sekolah. HIngga akhirnya FRP hanya sekolah sampai di bangku kelas 2.

Faktor lainnya yakni sejak Pandemi Covid-19, pekerjaan Choirul satu-satunya itu pun terdampak dan berhenti. Dia kemudian banting setir jadi pengamen dengan penghasilan seadanya.

Dengan berkediaman di rumah petak berukuran 1,5 x 2,5 meter untuk delapan anggota keluarga itu, Yunita pun terpaksa berjualan lontong mie demi membantu suaminya yang tak bisa lagi mengamen sebulan terakhir lantaran sakit.

Baca juga:

Ortu Menghilang, Diasuh Tukang Becak, Umur Hampir 9 Tahun Baru Bisa Sekolah

Dengan berdagangan lontong mie yang didapatnya sehari hanya sebesar Rp40 ribu. Yunita tak menampik kalau penghasilannya tetap tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.

Respon Walikota Eri Cahyadi

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi bersama Ketua TP PKK Surabaya Rini Indriyani mendatangi langsung rumah keluarga Choirul-Yuyun di Jalan Bulak Rukem Timur II No 14-B Surabaya, Rabu (14/6/2023).

Datang bersama sejumlah pejabat pemkot, Wali Kota Eri memberikan motivasi dan semangat kepada anak-anak Choirul agar mereka mau kembali sekolah.

“Jadi sebenarnya anak ini sudah sekolah, di sekolah terbuka, tapi ketika pandemi dia putus sekolah lagi. Jadi saya sampaikan harus sekolah lagi, nanti saya pantau sendiri,” ujar Wali Kota Eri di sela kunjungannya.

Baca juga:

Beri Pengarahan pada Guru, Eri Cahyadi: Bentuklah Karakter Anak

Wali Kota Eri mengaku bersyukur, karena melalui informasi yang disampaikan oleh tetangga, RT/RW hingga Kader Surabaya Hebat (KSH), pemkot bisa memberikan intervensi kepada keluarga Choirul.

“Saya juga matur nuwun (terima kasih) dengan KSH dan semua tetangga yang menyampaikan informasi kepada kami, sehingga kami bisa tindaklanjuti,” kata dia.

Selain memberikan motivasi kepada anak-anak Choirul, Wali Kota Eri juga meminta keluarga itu supaya mengikuti program KB (Keluarga Berencana). Apalagi, saat ini istri dari Choirul kembali mengandung anaknya yang ketujuh.

“Saya juga bilang sama bapaknya, wes mandek-mandek (berhenti), ayo melok (ikut) KB. Ini mau ada tujuh (anak). Jadi ibunya juga steril,” ucap Cak Eri, sapaan lekat Wali Kota Surabaya.

“Ini mengajarkan kepada warga Surabaya, jangan banyak-banyak anak. Memang banyak anak banyak rezeki, tapi kalau tidak bisa menyekolahkan terus gimana nanti kalau besar,” sambungnya.

Namun begitu, dengan kekuatan RT/RW dan KSH, Cak Eri meyakini, keempat anak keluarga Choirul, mau kembali mengenyam pendidikan sekolah. Apalagi, kata dia, para tetangga juga memberikan support penuh kepada anak-anak Choirul agar semangat sekolah.

Baca juga:
Mengharukan Tebus 529 Ijazah Pelajar SMA/SMK Swasta se-Surabaya

“Kekuatan kita adalah kekuatan tetangga, tetangga ketika jadi satu saling guyub itu menjadi penguat, bukan malah membully, menjatuhkan. Jadi semuanya akan sekolah lagi, sampai saya minta minimal lulus SMA,” jelasnya.

Selain memberikan support kepada anak-anak Choirul, dalam kesempatan ini, Wali Kota Eri juga memberikan sejumlah bantuan. Di antaranya, 2 unit sepeda angin, lemari plastik 1 buah, kasur 2 buah, bantal 2 buah, guling 2 buah, 2 paket sembako hingga beras 25 Kg 2 buah.

“Sepeda buat anaknya sekolah, kasur biar tidak lagi tidur di lantai dan pekerjaan untuk bapaknya. Kalau anaknya biar sekolah dulu,” katanya.

Tak hanya itu, kondisi rumah keluarga Choirul juga menjadi perhatian serius Wali Kota Eri Cahyadi. Karenanya, ia meminta Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Serta Pertanahan (DPRKPP) untuk melakukan perbaikan rumah keluarga tersebut.

“Makanya nanti Cipta Karya (DPRKPP) biar ke sini, dicek. Yang penting cahaya masuk, sirkulasi udara bagus, lampunya ditata, dan kamar mandi diperbaiki,” ungkap dia.

Meski demikian, Cak Eri memastikan, selama ini Pemkot Surabaya telah memberikan intervensi kepada keluarga tersebut. Akan tetapi, karena kurangnya peran dukungan dari orang tua, sehingga anak-anak mereka enggan sekolah.

“Selama ini ada intervensi, tapi keluarganya tidak memberikan semangat. Anaknya tidak sekolah, dibiarkan. Ini berarti mengedukasi keluarga,” tandasnya.(ton)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *