Scroll untuk baca artikel
Iklan MMI
Iklan MMI
Sudut Opini

Post Power Syndrom Apa yang Terjadi Sebelum dan Sesudah Pensiun?

1100
×

Post Power Syndrom Apa yang Terjadi Sebelum dan Sesudah Pensiun?

Sebarkan artikel ini
post-power-syndrom-sebelum-dan-sesudah-pensiun
Menjalani masa pensiun ditanggapi dengan berbagai cara, ada yang merasa gembira karena terbebas dari pekerjaan yang selama ini harus selalu dipertanggungjawabkan, namun tidak jarang banyak pegawai yang merasa kebingungan akan apa yang akan dikerjakan setelah pensiun | MMP | ilustrasi | ist

Post Power Syndrom Apa yang Terjadi Sebelum dan Sesudah Pensiun? Mendalami Studi Normatif dan Empiris

Oleh: H. Adi Gunawan, S.H., M.A., M.H., M.Sos

mediamerahputih.id | Mungkin, pernahkah kita merasa kecewa, bingung, putus asa atau khawatir yang berlebih ketika memutuskan untuk berhenti bekerja?. Jika jawabannya BENAR, maka dipastikan kita mengalami “post power syndrome“.

Post power syndrome adalah suatu kondisi kejiwaan yang umumnya dialami oleh orang-orang yang kehilangan kekuasaan atau jabatan yang diikuti dengan menurunnya harga diri.

“Power” pada kata post power syndrome bukan diartikan sebagai kekuasaan maupun pekerjaan. Melainkan dikonotasikan sebagai sosok yang tadinya aktif, banyak kegiatan, mendadak hilang semua sehingga timbul ketidaknyamanan. Jadi, orang-orang yang mengalami post power syndrome adalah orang-orang yang tidak bisa menerima perubahan yang terjadi, sebenarnya. Dan perubahan yang tidak bisa dia terima itu adalah perubahan yang berkaitan dengan hilangnya aktivitas, hilangnya kekuasaan,  hilangnya kekuatan, hilangnya wibawa, hilangnya harta, dan sebagainya.

Baca juga:

Mengapa perlu mempelajari Ilmu Hukum? Begini Metodenya!

Menjalani masa pensiun ditanggapi dengan berbagai cara, ada yang merasa gembira karena terbebas dari pekerjaan yang selama ini harus selalu dipertanggungjawabkan, namun tidak jarang banyak pegawai yang merasa kebingungan akan apa yang akan dikerjakan setelah pensiun.

post-power-syndrome-sebelum-pensiun
hadirnya keluarga atau orang lain yang terdekat akan sangat membantu atau mempengaruhi seseorang agar tidak mengalami post power syndrome. Hal ini karena merekalah yang lebih mengetahui kondisinya.

Masa pensiun sering ditanggapi dengan perasaan yang negatif, tidak menyenangkan bahkan dipandang sebagai masa yang menakutkan. Oleh karena itu akan terkena gejala post power syndrome yaitu sindrom dari berakhirnya suatu jabatan atau kekuasaan dimana yang mengalaminya menjadi tidak bisa berpikir realistis, tidak bisa menerima kenyataan, bahwa sekarang sudah bukan pejabat lagi, bukan pegawai lagi dan sudah pensiun.

Baca juga:

Menyoal Gugatan PDIP Ke PTUN

Belum lagi ditambah dengan beban pikiran tentang ujian atau teguran hidup yang selalu mengintai, sehingga hal tersebut akan menjadi sangat komplek.

Namun ada sedikit solusi yaitu hadirnya keluarga atau orang lain yang terdekat akan sangat membantu atau mempengaruhi seseorang agar tidak mengalami post power syndrome. Hal ini karena merekalah yang lebih mengetahui kondisinya.

Baca juga:

Kebacot 2 Anggota Satlantas Sidoarjo Kepergok Ngamar di Hotel Didakwa Perzinaan

Cara paling mudah adalah dengan terus menjalin silaturahim dengan orang-orang di sekitar, baik itu keluarga maupun tetangga. Berkumpul dengan mereka agar kita tidak pernah merasa sendirian atau kesepian. Jika perlu bentuklah semacam komunitas dengan aktivitas yang sederhana tetapi menyehatkan jiwa raga. Atau mungkin membentuk sebuah komunitas religi seperti pengajian atau aktivis gereja, bisa juga komunitas berdasarkan hobi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *