Merah Putih I SURABAYA -Setelah dinyatakan sebagai endemi, penyakit yang diakibatkan virus Covid-19 tidak hilang begitu saja. Justru rentetan efeknya yang saat ini harus ditindaklanjuti. Terutama masalah sosial dan beberapa masalah kesehatan.
Risk Communication and Community Engagement (RCCE) merupakan sebuah program yang dirancang UNICEF untuk mempromosikan perilaku pencegahan, membangun kepercayaan dan keyakinan masyarakat dalam mengakses layanan pencegahan COVID-19 dan layanan kesehatan esensial lainnya.
Sebagai langkah awal pelaksanaan program tersebut, PLATO mengajak segenap elemen masyarakat dalam Rapat Koordinasi yang diselenggarakan Senin (23/05) di Agis Restaurant, Surabaya. Dengan melibatkan Forum Anak Jawa Timur, Koalisi Kependudukan Jatim, Dewan Kesenian Jawa Timur, Fakultas Kesehatan Masyarakat Uniar serta media, diharapkan program ini akan berjalan dengan sukses.
Dalam kesempatan itu Dita Amalia selaku Direktur PLATO Foundation memaparkan Program RCCE ini akan fokus pada tiga isu, yakni mendukung program vaksinasi COVID-19 dan mempromosikan penerapan protokol kesehatan, kemudian mencapai promosi dalam menumbuhkan sikap positif untuk deteksi dini dan mendukung program gizi pada anak di tengah COVID-19, serta meningkatkan keterjangkauan akses remaja putri dalam manajemen kebersihan menstruasi melalui aplikasi Oky untuk mendukung Program WASH.
Dita berharap dengan keterlibatan berbagai elemen masyarakat ini, program RCCE ini dapat disosialisasikan dengan baik. “Untuk kesehatan remaja perempuan misalnya, kita sedang menyoroti masalah-masalah seputar menstruasi. Ada satu fakta mencengangkan, seorang remaja putri mengganti pembalutnya lebih dari 2×24 jam. Ini sungguh membahayakan kesehatan reproduksinya,” jelas Dita.
Sementara Dedi Supriyadi pendamping masalah-masalah anak dan sosial menyatakan keresahannya pada kaum marginal dalam hal ini adalah penyandang disabilitas yang kerap dipandang sebelah mata. Adanya fakta kehamilan pada anak dibawah umur, ungkap pria yang akrab disapa Benk ini juga patut mendapat perhatian. Demikian halnya dengan Luhur dari Dewan Kesenian Jawa Timur, menyampaikan harapanya tentang keterkaitan budaya akan membantu sosialisasi program ini kepada masyarakat lebih luas.
“Peilaku seseorang sangat berkaitan dengan habbit atau kebiasaan sehari-hari dan ini akan menjadi budaya yang terus dilakukan. Untuk itu pendekatan dari sektor budaya dapat lebih mengena,” jelasnya.
Sedangkan dari perwakilan media, Eben Haezer Ketua AJI (Aliansi Jurnalis Independen) menyatakan kesiapannya mengkampanyekan program ini lewat media. “Saat ini media sudah bergeser dengan beragam platform, agar lebih mengena, hendaknya ada media mapping untuk penyebaran kampanye tersebut, kemudian merancang strategi content apa yang sesuai, sehingga tepat sasaran,” terangnya.
Rifqi perwakilan Forum Anak Jawa Timur yang hadir siang itu, tak kalah bersemangat. Siswa kelas X ini menyatakan siap mendukung program RCCE, karena menurutnya, pelaksanaan program ini sangat membantu remaja seusianya mengakses segala informasi tentang kesehatan dan perilaku positif lainnya.
Sebagai penutup, Rahmad Hargono sebagai senior dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, UNAIR juga mendukung program ini agar terlaksana dengan baik. “Yang pasti akan banyak cost, seperti social cost, culture cost dan lain-lain. Untuk memangkas cost ini harus membuat content yang fokus dan komprehensif,” pungkasnya di akhir diskusi.
Diharapkan keterlibatan semua elemen masyarakat ini akan mematangkan penyusunan strategi pelaksanaan program RCCE. *ay