Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Berita Terbaru

Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP Gandeng TNI-Polri Gencar Patroli

20
×

Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP Gandeng TNI-Polri Gencar Patroli

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Merah Putih | SURABAYA- Pasca dipergoki anggota DPRD di eks lokalisasi Dolly dan moroseneng (Morsen) yang masih beraktivitas. Pemkot Surabaya langsung gencar lakukan pratroli pengawasan untuk mencegah adanya praktik-praktik prostitusi terselubung di eks lokalisasi Dolly, Minggu (10/7/2022).

Pengawasan itu konon katanya rutin dilakukan pasca di tutup pada 2014 silam dengan melibatkan tiga pilar Kecamatan Sawahan yang terdiri dari jajaran Satpol PP, TNI dan Polri di Jalan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Kota Surabaya, Jawa Timur.

Camat Sawahan, Kota Surabaya, M Yunus memastikan, eks lokalisasi Dolly sudah ditutup permanen. Secara resmi, kawasan yang dulu identik dengan pusat ‘kongkow’ pria hidung belang ditutup Pemkot Surabaya pada Rabu, 18 Juni 2014 silam.

“Saya pastikan bahwa Dolly dibuka kembali tidak ada. Itu hanya sebatas rumor, ternyata setelah dicek di lapangan ada yang mau coba-coba dengan praktik-praktik terselubung. Artinya, orang lewat diawe-awe (dipanggil) kemudian ditunjukan gambar (perempuan),” terang Yunus, Minggu (10/7/2022).

Pemeran karakter “New Man – Protokol Kesehatan” itu mengakui, selama ini jajarannya rutin melakukan patroli tiga pilar di lapangan. Patroli pengawasan ini diikuti jajaran Satpol PP, Kepolisian dan TNI setempat. Itu untuk memastikan tidak adanya praktik-praktik terlarang seperti prostitusi.

“Selama ini penanganan kami ini kan patroli, teman-teman Satpol PP satu jam – setengah jam di situ, kemudian geser. Ketika anggota atau pun saya di lapangan buyar (selesai), tidak ada kegiatan (prostitusi) itu,” tegas Yunus.

Namun, ia mengakui, ada oknum yang ingin memanfaatkan waktu lengahnya petugas. Lebih hematnya, oknum itu diduga menawarkan praktik prostitusi terselubung saat petugas lengah.

Tak kurang akal, Camat Surabaya yang identik dengan gaya rambut plontos lantas mengambil tindakan pengamanan dua titik. Malam hingga subuh, petugas dibagi untuk PAM di Jalan Putat Jaya Lebar B serta pertigaan Jalan Kupang Timur.

“Saya ambil tindakan dua titik. Saya amankan malam sampai pagi subuh petugas PAM di situ. Sekarang kekuatan Satpol PP kami bisa 24 jam, itu terbagi tiga shift,” terang Yunus.

Beberapa tahun lalu, lanjut Yunus, sejumlah oknum pernah ditemukan sempat bermain praktik prostitusi terselubung di eks lokalisasi Dolly. Temuan itu terjadi pada sekitaran tahun 2016-2017. Namun naas, aksi terselubung mereka terendus aparat setempat. Alhasil, sejumlah oknum itu tertangkap dan dijatuhi hukuman pidana.

“Sudah pernah ada 10 orang di situ di lokasi yang sama. Kurang lebih 10 orang yang pernah ditangkap sampai ke vonis hukuman. Tahun 2016, 2017,” ungkap dia.

Rumor adanya praktik prostitusi terselubung di eks lokalisasi Dolly mendapat tanggapan warga di sana. Satu di antaranya adalah Ila. Perempuan yang sehari-harinya berjualan sate di kawasan Putat Jaya berharap, tidak ada yang membuat rumor eks lokalisasi Dolly kembali dibuka.

“Jangan ada yang ngasih rumor-rumor seperti itu. Kita itu sudah mau berusaha menjadi orang yang baik. Jadi, jangan sampai, cap (stigma) kita yang dulu (negatif) seperti itu dikeluarkan lagi,” kata Ila.

Saat malam, sebut Ila, sekarang ini kawasan Putat Jaya situasinya normal seperti kampung pada umumnya. Banyak orang berdagang dan mayoritas dari mereka merupakan pedagang cafe atau warung kopi (warkop).

“Yang banyak itu ya, cafe – warkop,” sebut Ila.

Geliat buka lagi Dolly dan Morsen dipergoki dewan

Sebelumnya, anggota Komisi A DPRD Surabaya, Imam Syafi’i awalnya mendapat informasi dari beberapa temannya setelah mereka mendapat informasi dari mulut ke mulut secara terbatas. Ia tidak percaya begitu saja, tetapi Imam pun eager (amat ingin tau) untuk turun langsung ke bekas tempat lokasi pelacuran terkenal di Surabaya tersebut.

Dengan harapan informasi yang ia dapati bukanya Dolly dan Morsen tidak benar alias hoax. Maklum Pemkot Surabaya sudah menggelontorkan dana sangat besar. Pemkot membeli belasan bahkan puluhan rumah yang sebelumnya dijadikan bisnis “esek-esek”.

Lalu rumah-rumah maksiat itu disulap menjadi taman, rumah baca, tempat budidaya anggrek, hingga sentra produk UMKM. Bahkan yang paling gres di Sememi Jaya, sangat dekat Morsen,  juga didirikan rumah padat karya untuk warga MBR (masyarakat berpenghasilan rendah). Yaitu tempat cuci motor dan mobil.

Setelah melakukan investigasi ke lapangan, ternyata kabar bukanya lagi Dolly dan Morsen bukan isapan jempol. Di Dolly dia temukan 10 wisma beroperasi lagi. Modusnya wisma digembok dari luar. Imam menyebut gembok dibuka jika makelar di depan rumah membawa masuk laki-laki hidung belang yang ingin jajan kue cinta instan di dalamnya. Tamu wisma bisa pilih cewek-cewek yang di-display di showroom. Harganya Rp 180 ribu dan Rp 200 ribu.

Gambar di ambil berdasarkan layar tangkapan anggota Komisi A DPRD Surabaya, Imam Syafi’i | ist

Ia lantas mengungkap di Dolly agak beda. Ia memergoki  cafe dipakai untuk prosititusi. Tidak jauh dari mulut gang Dolly. Di pinggir jalan utama.Tidak ada ruang pamer gadis-gadis penjaja cinta duduk berderet di sofa. Seperti di Morsen.

Sebagai gantinya, agar bisnis haram ini tidak terendus petugas keamanan, makelar menunjukkan foto sejumlah gadis di handphone. Terlihat masih muda dan cantik-cantik. Jika deal, gadis-gadis tersebut dijemput dari tempat kos mereka. Tidak jauh dari cafe yang buka hingga jam 4 subuh itu.

“Lho kok gak sama dengan yang difoto. Wajahnya lebih tua dan badannya agak gemuk,” protes dua laki-laki setelah si makelar membawa masuk dua gadis ke cafe. Sebelum naik ke loteng dengan tarif Rp 300 ribu,” ungkap Imam sembari menirukan lontaran dari salah satu pelanggan yang ia pergoki tersebut.

“Saya sudah menyampaikan temuan ini. Yaitu saat rapat Komisi A (hukum dan pemerintahan) DPRD Surabaya dengan 31 Camat. Lalu beberapa hari kemudian dengan 154 lurah se-Surabaya,” tandas ia.

Imam berharap semoga ada upaya dari pemkot mengatasi persoalan sosial dan dosa besar ini. Tidak hanya melarang gadis-gadis itu bermaksiat. Tapi juga dicarikan solusi yang manusiawi. Agar mereka tidak terus menerus ke jalan sesat dan menyesatkan tersebut. (ton)

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *