mediamerahputih.id | JAKARTA – Majelis Dzikir Surau Qutubul Amin (SQA) mendoakan agar pembangunan Monumen Reog dan Museum Peradaban (MRMP) di Ponorogo segera rampung. Monumen yang digadang sebagai tertinggi di Indonesia itu diharapkan dapat semakin dikenal dunia.
“Kita patut bersyukur, kesenian tradisional Reog sebagai karya seni budaya khas Indonesia sudah diakui UNESCO. Sebagai bukti cinta tanah air, sepatutnya kita mendukung percepatan pembangunan Monumen Reog dan Museum Peradaban di Ponorogo,” ujar Ketua Majelis Silaturahmi Surau Qutubul Amin (MSQA), H. Suroso Surya Atmadja, Senin (6/10/2025).
Baca juga :
Menteri Kebudayaan Fadli Zon Apresiasi Kurban Massal di Surau Qutubul Amin Depok
Pernyataan itu ia sampaikan saat mendampingi Pembina Yayasan SQA, Hj. Dra. Erlina KY, meninjau megaproyek Monumen Reog dan Museum Peradaban di Kecamatan Sampung, Ponorogo, Minggu (5/10/2025). Monumen yang digadang sebagai ikon baru Ponorogo dan Jawa Timur ini mulai dibangun pada Maret 2023. Tahap pertama pembangunannya telah diresmikan Menteri Kebudayaan Fadli Zon pada 23 Agustus 2025.

Hj. Erlina KY, istri Guru Besar Tarekat Naqsyabandiyah Al Khalidiyah, Prof. Dr. H. Kadirun Yahya Muhammad Amin Al Khalidi, MSc, mengapresiasi pembangunan tersebut. Selama hampir dua jam, ia meninjau konstruksi monumen dan museum yang dibangun Pemkab Ponorogo. Proyek ini sekaligus menjadi tetenger sejarah penyebaran Islam di era akhir Kerajaan Majapahit abad ke-15.
Baca juga :
Syukuri HUT RI ke-80, Transjakarta dan Ribuan Warga Semarakkan Jalan Sehat Qutubul Amin
Monumen Reog setinggi 126 meter itu melebihi tinggi monumen Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali yang mencapai 121 meter.
“Beliau berharap monumen tertinggi di Indonesia ini menjadi karya seni mendunia, bukan hanya kebanggaan masyarakat Ponorogo dan Jawa Timur, tetapi juga seluruh bangsa Indonesia,” kata H. Suroso.
Dukungan dan Harapan
Dalam kunjungan tersebut, Hj. Erlina KY didampingi Irjen Pol (Purn) Istiono dan Brigjen Pol Eko Nugrohadi dari Mabes Polri. Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, turut menjelaskan secara detail proses pembangunan di lahan seluas 29 hektare di perbukitan kapur Sampung, perbatasan Ponorogo–Magetan.
Baca juga :
“Kami sangat berterima kasih atas doa dan dukungan Ibunda Erlina. Semoga harapan Ponorogo untuk mendunia bisa terwujud dan berdampak pada lahirnya ekosistem ekonomi baru bagi kesejahteraan rakyat,” kata Sugiri, penggagas megaproyek tersebut.

Sugiri optimistis dukungan masyarakat, termasuk dari majelis dzikir, akan mendorong Ponorogo bangkit meski berada di jalur geografis yang kurang menguntungkan. Ia menegaskan, popularitas Reog Ponorogo akan terus melesat setelah kesenian itu ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya takbenda dunia pada 23 Desember 2024.
Tahap Pembangunan Lanjutan
Pembangunan tahap pertama, yang mencakup bangunan utama monumen dan museum, kini memasuki tahap penyelesaian akhir. “Selanjutnya, kami akan menata program museum, melakukan digitalisasi, serta membangun dinding relief tentang Reog dan peradaban Ponorogo,” ujar Sugiri.
Baca juga :
62 Anak Peserta Khitan Massal Surau Qutubul Amin Beri Ibundanya Setangkai Bunga
Ia menambahkan, pembangunan tahap berikutnya akan dimulai pada tahun anggaran 2026. “Saat ini, Pemkab Ponorogo tengah menyiapkan museum transit untuk mengumpulkan artefak dan benda peninggalan sejarah Ponorogo,” katanya.(red)